Iklan

03 Agustus 2009

PENCAK SILAT


Pencak Silat atau Silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), adalah nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara.

Sejarah

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[1] yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Sheikh Shamsuddin (2005)[2] berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.[3] Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.

Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.[2]


Istilah dalam Pencak Silat

Sikap dan Gerak

Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.


Teknik

Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

Jurus

Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

Aspek dan bentuk
Kesenian Randai dari Sumatra Barat memakai silek (silat) sebagai unsur tariannya.

Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:

1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat jaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.

Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

Tingkat kemahiran

Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:

1. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI
2. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.
3. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
4. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Pencak Silat di dunia

Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.

Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.

Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.

Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.

Padepokan Pencak Silat Indonesia

Padepokan adalah istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan tertentu. Padepokan yang disediakan untuk belajar dan mengajar Pen-cak Silat dinamakan Padepokan Pencak Silat.

Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berlokasi di di tas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Luas total bangunannya sekitar 8.700 m2 dan luas total selasar-selasarnya sekitar 5.000 m2. Padepokan ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997.

Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi, yakni :

1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat.
2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubu-ngan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan pening-katan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya.
3. Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia.
4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan diantara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara.
5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

Organisasi Pencak Silat

* PERSILAT- Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa
* IPSI - Ikatan Pencak Silat Indonesia
* PESAKA Malaysia - Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
* PERSISI - Persekutuan Silat Singapore
* EPSF - European Pencak Silat Federation

Sampai saat ini Anggota Organisasi Pencak Silat yang sudah terdaftar/tercatat di PERSILAT sebanyak 33 organisasi di seluruh dunia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pencak_silat

Tulisan ini Link dari www.sanggarfitria.blogspot.com

TENTANG JAIPONGAN


Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sejarah

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki aya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan. Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Perkembang

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar.
Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media
televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara). Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada tahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut. Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.

Tulisan ini Link dari www.sanggarfitria.blogspot.com

KACAPI SULING



Kacapi Suling merupakan perangkat waditra Sunda yang terdapat hampir di setiap daerah di Tatar Sunda. Waditranya terdiri dari Kacapi dan Suling. Kacapinya terdiri dari Kacapi Indung atau Kacapi Parahu atau Kacapi Gelung. Selain disajikan secara instrumentalia, Kacapi Suling juga dapat digunakan untuk mengiringi Juru Sekar yang melantunkan lagu secara Anggana Sekar atau Rampak Sekar. Lagu yang di sajikannya di antaranya : Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain sebagainya. Laras yang di pergunakannya adalah laras Salendro, Pelog atau Sorog.
Berbeda dengan sebutan Kacapi Suling atau Kacapian bila menggunakan Kacapi Siter. Sudah lazim selain Kacapi Siter dan Suling di tambah pula 1 (sate) set Kendang dan 1 (satu) set Goong. Laras yang di pergunakannya sama seperti laras yang biasa di pergunakan pertunjukan Kacapi Suling yang mempergunakan Kacapi Parahu yaitu" laras Salendro, Pelog, Sorog. Kecapi Suling yang mempergunakan Kecapi Siter, selain menyajikan instrumentalia juga di pergunakan untuk mengiringi nyanyian (kawih) baik secara Anggana Sekar maupun secara Rampak Sekar.
Lagu-lagu yang disajikan secara Anggana Sekar yaitu seperti : Malati di Gunung Guntur, Sagagang Kembang Ros dan lain sebagainya. Sedangkan untuk Rampak Sekar di antaranya Seuneu Bandung, Lemah Cai dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya baik Kacapi Suling yang menggunakan Kacapi Parahu maupun Kacapi Sitter, sering di pergunakan untuk mengiringi Narasi Sunda dalam acara Ngaras dan Siraman Panganten Sunda, Siraman Budak Sunatan, Siraman Tingkeban.
Selain instrumentalia disajikan pula lagu-lagu yang rumpakanya disesuaikan dengan kebutuhan acara yang akan di laksanakan. Lagu yang disajikan diambil dari lagu-lagu Tembang Sunda Seperti diantaranya Candrawulan, Jemplang Karang, Kapati-pati atau Kaleon dan lain sebagainya. Ada pula yang mengambil lagu-lagu kawih atau lagu Panambih pada Tembang Sunda seperti di antaranya Senggot Pangemat, Pupunden Ati dan lain sebagainya.
Disamping perangkat Kecapi dan Suling ada pula perangkat Kecapi Biola dan Kecapi Rebab yang membawakan lagu-lagu yang sama. Dalam penyajiannya, Kecapi memainkan bagian kerangka iramanya sedangkan bagian lagunya di mainkan oleh Suling, Biola atau Rebab. Adapun tangga nada atau laras yang dalam Karawitan Sunda di sebut dengan Surupan, ada pula yang di sebut dengan Salendro, Pelog dan Sorog.
(Sumber : www.westjavatourism.com)
***
Info terkait :


Kecapi, Kini Bisa Dipetik 10 Jari
http://www.klik-galamedia.com/20070826/kolomlengkap.php?kolomkode=20070826015528
TAHUN ini merupakan tahun kedua penyelengaraan pasanggiri kecapi. Jumlah pesertanya sedikit meningkat dibandingkan yang pertama. Tidak kurang dari 11 tim dari seluruh kabupaten kota di Jabar ikut ambil bagian pada pasanggiri kecapi yang memperebutkan piala bergilir Gubernur Jawa Barat dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar.

"Tahun lalu, jumlah peserta hanya delapan tim. Sedangkan tahun ini mencapai 11 tim. Lumayan ada sedikit peningkatan," unkap Kasubdin Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar, Nunung Sobari.

Jika dilihat dari sisi jumlah peserta, memang terbilang minim. Walaupun baik Nunung Sobari maupun ketua penyelenggara, Tatang Benjamin mengaku ada peningkatan jumlah peserta. Sehingga timbul pertanyaan, apakah minat dan apresiasi masyarakat, khususnya kalangan generasi muda terhadap seni kecapi masih tinggi? Suatu pertanyaan yang standar dan klasik. Mengingat semua kalangan dipastikan menanyakan masalah tersebut. Dampaknya, jawaban pun pasti sangat standar.

"Minat masyarakat dan generasi muda pada seni kecapi masih cukup tinggi. Ini terlihat dari para peserta yang mengikuti pasanggiri rampak kecapi tahun 2007. Memang, jumlah peserta hanya 11 tim. Namun dari segi kualitas permainan kecapi tidak bisa diragukan," papar Nunung.

Sekalipun minim peserta, namun tidak membuat komposisi dan aransemen musik kecapi yang dimainkan menjadi miskin nada. Repertoar lagu "Warung Pojok" karya maestro tarling, H. Abdul Abdjib dan "Badminton" karya maestro karawitan Sunda, Mang Koko Koswara di tangan para para peserta pasanggiri rampak kecapi menjadi suatu alunan lagu yang indah dan penuh enerjik. Hal inilah yang dimaksudkan Nunung Sobari, kualitas dari permainan dan petikan yang memainkan lagu "Warung Pojok" dan "Badminton" seperti menjadi suatu lagu yang baru, namun tidak meninggalkan kaidah nada standarnya. Dari tangan mereka, musik kecapi yang dimainkan menjadi lebih kaya dan tidak kalah dengan musik yang dihasilkan alat musik elektrik maupun musik komputer (midi) sekalipun.

Inovasi kreatif

Awalnya permainan kecapi, seperti yang sering dimainkan Mang Koko dimainkan hanya dengan dua jari. Saat ini tidak lagi. Permainan kecapi bisa dimainkan oleh lebih dari dua jari, bisa empat bahkan 10 jari. Hal inilah yang coba diangkat dari pasanggiri rampak kecapi tahun ini. Dengan demikian, seni main kecapi bisa lebih digandrungi oleh kalangan generasi muda. Karena bagaimana pun, generasi yang kaya dengan kreativitas dan inovasi bisa meningkatkan kualitas dari permainan kecapi tersebut.

Kualitas inilah yang membuat penampilan sebelas peserta perwakilan dari Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Bogor serta Kota dan Kab. Bandung mengundang acungan jempol dan aplaus penonton yang memadati auditorium Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Bandung yang berkapasitas 250 penonton. Tidak terkecuali Kang Tatang Benjamin, putra Almarhum Mang Koko yang juga selaku Ketua Yayasan Cangkurileung dan penggagas kegiatan serta Kang Nano S., penerus jejak (Alm.) Mang Koko.

Setelah satu hari satu malam bertanding, muncul sebagai juara umum tim GRPS Enterprise dari Kab. Bandung, disusul Sanggita (Kota Bandung) sebagai juara II, juara III Perceka (Kab. Cianjur), harapan I SMPN 4 Cianjur, harapan II Gentra Lumayung (Kota Bandung), dan harapan III Sweet Gapa (Kota Bogor).

Para juara ini, semuanya dari kalangan generasi muda yang mampu menampilkan permainan kecapi yang lain dari biasanya, yakni dengan menggunakan lebih dari 20 jari (setiap tim beranggotakan enam orang). Bisa dibayangkan bagaimana rancaknya permainan kecapi, tetapi menghasilkan nada yang indah, harmonis, dan enerjik.

Khawatir dicaplok

Ada rasa bangga dari diri Tatang Benjamin dengan banyaknya peserta dari kalangan generasi muda, yakni tidak usah repot lagi mencari penerus pemetik kecapi. Sebelumnya, Tatang Benjamin merasa khawatir dan gundah karena belum menemukan penerus Mang Koko yang bisa mengangkat musik kecapi di hadapan pemerintah serta masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Kekhawatiran dan kegundahan Tatang Benjamin ini didasari semakin gencarnya pemerintah dan masyarakat Malaysia mempelajari seni kecapi. Dan Tatang Bejamin pun merasa takut, jika hal ini dibiarkan oleh pemerintah dan masyarakat Sunda (Indonesia), bukan tidak mungkin kecapi akan dicaplok dan diakui sebagai alat musik asal Malaysia, seperti angklung.

"Saya tahu sendiri, bagaimana gencarnya pemerintah dan masyarakat Malaysia mempelajari angklung sekitar 1970 lalu. Buktinya, sekarang angklung diklaim sebagai alat musik asli Malaysia dan pemerintah kita tidak bisa apa-apa," paparnya.

Untuk itu, Tatang pun bersama seniman kecapi lainnya berencana akan mendaftarkan musik dan alat musik kecapi ke badan dunia yang menangani hak kekayaan intelektual (HaKI). Namun Tatang merasa kebingungan, harus ke mana dia meminta bantuan di Indonesia. Karena pemerintah Indonesia kurang peduli terhadap kekayaan intelektual rakyatnya.

"Perhatian pemerintah sangat kurang terhadap karya cipta intelektual rakyatnya. Bukan hanya itu, terhadap kesenian tradisional Indonesia pun, pemerintah kita sama saja tidak peduli," paparnya.

Berbicara musik kecapi, apa yang dipentaskan pada pasanggiri rampak kecapi memang berbeda dengan musik kecapi yang bisa diperdengarkan berupa kecapi suling. Kecapi Suling merupakan perangkat waditra Sunda yang terdapat hampir di setiap daerah di Tatar Sunda.

Kecapinya terdiri atas kecapi indung atau disebut pula kecapi parahu atau kecapi gelung. Selain disajikan secara instrumentalia, kecapi suling juga dapat digunakan untuk mengiringi juru sekar yang melantunkan lagu secara anggana sekar atau rampak sekar. Lagu yang disajikannya di antaranya sinom degung, kaleon, talutur, dan lain sebagainya. Laras yang di pergunakannya adalah laras salendro, pelog atau sorog.

Berbeda dengan sebutan kecapi suling atau kecapian bila menggunakan kecapi siter. Sudah lazim selain kecapi siter dan suling di tambah pula satu set kendang dan satu set goong. Sedangkan laras yang dipergunakannya sama seperti laras yang biasa dipergunakan pertunjukan kecapi suling yang mempergunakan kecapi parahu yaitu laras salendro, pelog, sorog. Kecapi suling yang mempergunakan kecapi siter, selain menyajikan instrumentalia, juga dipergunakan untuk mengiringi nyanyian (Sunda, kawih), baik secara anggana sekar maupun secara rampak sekar.

Lagu-lagu yang disajikan secara anggana sekar, seperti "Malati di Gunung Guntur", "Sagagang Kembang Ros", dan lain sebagainya. Sedangkan untuk rampak sekar di antaranya "Seuneu Bandung", "Lemah Cai", dan lain sebagainya.

Seni tembang cianjuran lahir dari hasil cipta rasa dan karsa Bupati Cianjur IX, R. Aria Adipati Kusumaningrat (1834-1861) atau lebih sering dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Namun dalam penyempurnaannya hasil ciptaannya tersebut, dalem Pancaniti dibantu seniman kabupaten yaitu Rd. Natawiredja, Aem, dan Maing Buleng. Ketiga orang inilah yang kemudian mendapat izin Dalem Pancaniti untuk menyebarkan lagu-lagu cianjuran.

Pada zaman pemerintahan R.A.A. Prawiradiredja II (1861-1910), seni tembang cianjuran disempurnakan lagi aturannya. Dengan ditambah iringan suara kecapi dan suling, lahirlah tembang cianjuran yang dikenal sampai saat ini.

Tembang cianjuran pada awalnya merupakan musik yang penuh prestise para bangsawan. Oleh sebab itu, kehadiran tembang cianjuran pada awalnya diperuntukkan bagi para pejabat atau masyarakat kelas tinggi. Dan karena itu juga tempat pertunjukannya selalu berada pada pendopo-pendopo kabupaten. Biasanya untuk acara-acara resmi penyambutan tamu bupati atau upacara-upacara resmi hari besar nasional.

Sejarah

Mamaos terbentuk pada masa pemerintahan Bupati Cianjur, R.A.A. Kusumaningrat (1834-1864). Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu sering bertempat di sebuah bangunan bernama Pancaniti. Oleh karena itulah dia terkenal dengan nama Kangjeng Pancaniti. Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal itu terbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu Oroh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.

Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun, beluk (mamaca), degung serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh. Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun atau papantunan atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau.

Pada masa pemerintahan Bupati R.A.A. Prawiradiredja II (1864-1910) kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid Natawiredja (1853-1928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan dalam penyebaran ini. Dia sering diundang untuk mengajarkan mamaos ke kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (1893-1918) dan R.A.A. Wiranatakoesoemah (1920-1931 & 1935-1942). Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang menggunakan pola pupuh telah banyak, masyarakat di luar Cianjur (dan beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang Sunda atau cianjuran karena kesenian ini khas dan berasal dari Cianjur. Demikian pula ketika radio Nirom Bandung tahun 1930-an menyiarkan kesenian ini menyebutnya dengan tembang cianjuran.

Sebenarnya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan pupuh (tembang) karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca, yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan teknik beluk.

Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda), salendro serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu papantunan, jejemplangan, dedegungan, dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh kinanti, sinom, asmarandana, dan dangdanggula serta ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya.

Pada mulanya mamaos berfungsi sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak. Tetapi mamaos sekarang, di samping masih seperti fungsi semula, juga telah menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para senimannya seperti kesenian. Mamaos sekarang sering dipakai dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, dan berbagai keperluan hiburan atau acara adat. (berbagai sumber) **

Tulisan ini pernah ditulis dibloggnya Sanggar Fitria dengan link  www.sanggarfitria.blogspot.com

POTRET BURAM SENI SUNDA KINI

oleh : NasrulAzwar
Pengarang : MAS NANU MUDA

HIDUP, tumbuh, dan berkembangnya seni Sunda bergantung pada orang Sunda itu sendiri.
Oleh karena itu, agar keseniannya tetap survive, perlu didukung oleh berbagai pihak. Sudah barang tentu, motor penggeraknya adalah mereka
yang punya kareueus pada seni Sunda, yaitu urang Sunda.
Arnold Hauser dan Janet Wolff menyatakan, seni adalah produk sosial.
Begitu juga seni Sunda, merupakan produk sosial urang Sunda.

Tentu saja yang jadi penyokongnya adalah seniman, masyarakat, dan pemerintah, sekaligus menjadi pembentuk dan yang menghadirkan gaya seni yang khas, juga secara bersama-sama menjadi pembentuk selera baru dalam budaya Sunda. Sudah tentu, pemerintah punya misi budaya yang secara halus terbungkus lewat agenda yang dikemas melalui program pelestarian dan pengembangan seni dan budaya. Corongnya adalah lembaga kebudayaan (Disbudpar).
Dengan demikian, pemerintah adalah power. Pada kenyataannya, power dan culture saling mengisi. Seperti diungkapkan Eisenstadt bahwa culture dan power tetap merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Power tanpa culture tak punya ciri, pun demikian ciri itu sendiri tanpa dukungan kekuasaan tidak akan lestari. Yang dipertanyakan, sejauh mana mereka benar-benar memiliki rasa kecintaan pada seni dan budaya Sunda, sampai anggaran kesenian yang sudah minim malah dipangkas.

Ironisnya lagi, untuk pengadaan laptop 20 anggota DPRD Kota Bandung dianggarkan dalam APBD 2007 Rp 500 juta, yang berarti harga untuk satu unit laptop Rp 25 juta (Pikiran Rakyat, 29/3/2007). Sementara laptop yang cukup bagus harganya hanya antara Rp 12-Rp 15 juta ("PR", 30/3/2007). Bayangkan bila anggaran sebesar itu dipergunakan untuk merevitalisasi seni tradisi yang akan punah!
Dana Rp 25 juta itu sungguh sangat berarti dan ideal untuk membuat karya tari yang representatif, misalnya untuk drama tari atau merevitalisasi tari Sunda buhun yang dikemas dengan citra rasa baru.
Yang lebih menyedihkan, pameran musik perkusi karya Dodong Kodir yang dikurasi Isa Perkasa di Galeri Rumah Teh Taman Budaya Jawa Barat yang batal dilaksanakan pada tanggal 21-28 April 2007, karena dananya belum turun (cair) dari Gedung Sate.
Padahal, pameran itu sudah diagendakan jauh hari oleh Taman Budaya bersama tim kurator serta direkomendasikan oleh Kadisbudpar Jawa Barat. Ini menunjukkan bahwa tidak ada keseriusan pemerintah dalam menumbuhkembangkan iklim kreativitas seniman yang potensial.
Potret buram lain yang turut mengeliminasi gairah seniman dalam kreativitas, terutama bagi mereka yang menyandarkan dana stimulan pada Disbudpar.Hal yang dipertanyakan juga adalah menyoal tim misi kesenian di bawah naungan Disbudpar (Jawa Barat) dan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Disbudpar) sejumlah kabupaten dan kota. Sudah tidak aneh, biasanya Disbudpar dalam menyiapkan misi kesenian, para anggotanya (penari, pengrawit, dan kreatornya) diambil dari berbagai grup yang ada di Jawa Barat.
Namun yang sangat disayangkan, perekrutan para anggota tim sepertinya tidak transparan dan tanpa melalui seleksi yang ketat yang berdasarkan penilaian objektif yang proposional dan profesional dari para inohong. Selayaknya, para anggota tim yang terlibat misi kesenian, personelnya bukan permanen seperti grup dan monopoli yang melulu orang Bandung, atau pelakunya itu-itu saja.
Mengingat lembaga ini milik orang Sunda (Jawa Barat), seniman yang ada di daerah pun seharusnya dilibatkan secara bergiliran untuk misi kesenian tersebut. Mereka yang direkrut itu
tentunya telah melalui seleksi yang ketat, yang secara kompetitif memiliki skill, nalar, serta pengalaman yang tentunya sesuai dengan bidang yang digelutinya.
Salah satu hal yang paling penting disadari bersama arti fungsi lembaga adalah sebagai fasilitator, dan seniman adalah sebagai pelaku yang mengusung mengisi kemajuan aktivitas kesenian, dalam kaitan agar seni dan budaya tetap ajek.
Sebagaimana telah diungkapkan di muka, seniman, kesenian beserta aktivitasnya adalah sebagai ciri atau identitas suatu budaya, dengan kata lain ia adalah kultur. Sedangkan pemerintah adalah sebagai pengayom dan memberikan stimulasi pada karya seniman untuk berkarya.
Dengan kata lain ia adalah power. Cag!

Sumber :
http://id.shvoong.com/social-sciences/1787256-potret-buram-seni-sunda-kini/

Tulisan ini Link dari www.sanggarfitria.blogspot.com

GLOSARI TARI SUNDA


Berikut istilah-istilah dalam Tarian Sunda

Alus

Kriteria penilaian kepenarian tari sunda: penguasaan meluluhkan atau menyatukan kekuatan unsur bisa, wanda, wirahma, dan sari.

Bisa
Kriteria penilaian kepenarian tari sunda: penguasaan gerak atau koreografi

Genre
Suatu kelompok tari sunda yang memiliki karakteristik tersendiri

Ngareureueus Pare
Upacara adat menghormati Dewi Sri sebagai simbol dari penguasa padi

Sari
Kriteria penilaian kepenarian tari sunda: penguasaan isi tarian atau penjiwaan

Tayuban
Tari pergaulan kalangan bangsawan yang tumbuh sejak jaman feodal

Wanda
Kriteria penilaian kepenarian tari sunda: penyelarasan postur tubuh, rias, dan busana dengan tarian

Wirahma
Kriteria penilaian kepenarian tari sunda: penguasaan irama tari dan keselarasan dengan iringan tari

TARI LENYEPAN
NAEK KERING DUA DAN KERING TILU

Adeg-adeg lalamba Sikap kaki direnggangkan merendah, telapak serong disertai olah tangan lontang (kedua tangan lurus serong ke depan)

Adeg-adeg Kering dua Sikap kaki diregangkan merendah, telapak serong,
disertai oleh tangan capang(seperti mengusap lengan bagian atas
bergantian)

Adeg-adeg Kering tilu Sikap kaki diregangkan merendah, telapak serong, disertai kebut selendang kemudian disimpan di pundak kanan kiri bergantian

Baksarai dan Mamandapan Langkah maju mundur, disertai oleh tangan lontang (kedua tangan lurus serong ke depan)

Engkeg gigir Melangkah silang ke belakang ke arah samping kanan kemudian melangkah silang ke depan kembali ke arahkiri, tangan kanan pegang sonder di bahu. Pada lalamba tempo lambat, pada kering dua tempo sedang

Gedut Melangkah kecil kiri-kanan bergantian sambil menghentakan badan, tangan kanan lurus serong ke depan, tangan kiri mengepal dan tolak pinggang, untuk Kering dua hentakannya kuat.

Jangkung ilo lalamba Mengolah kaki dari sikap kaki meutup dan merenggang disertai mengolah tangan lontang badan naik turun

Keupat Berjalan dengan melangkah agak lebar disertai mengolah tangan baplang (satu tangan lurus ke depan dan satu tangan lainnya merentang ke samping dengan tempo/irama lambat dan iramanya dilakukan bergantian

Kering dua
Bagian tarian dalam irama sedang

Kering Tilu
Bagian tarian dalam irama cepat

Lenyepan/lalamba
Bagian tarian dalam tempo/irama lambat.

Mincid Sikap kaki rapat, telapak serong disertai langkah di tempat kecil-kecil jingkat bergantian, tangan baplang ( tangan kanan lurus serong ke depan, tangan kiri merentang ke samping)

Mincid galang/cikalong Melangkah lebar ke kanan dan kiri seperti membuat setengah lingkaran disertai mengolah tangan capang (seperti mengusap lengan bagian atas) bergantian

Pakbang Kering dua Melangkah maju-mundur tiga kali disertai mengolah tangan pocapa(satu tangan lurus ke depan, tangan lainnya mengepal di samping pinggang) dilakukan bergantian

Pakbang Kering Tilu Melangkah cepat berjingkat tiga kali ke depan dan belakang disertai mengolah tangan pocapa dan nyawang (seperti melihat jauh dengan langkah membuka di depan dahi)

Santana Mengolah kaki, langkah cepat ke arah serong kanan-kiri disertai mengolah tangan lontang diakhiri nyawang

Sembahan lalamba
Duduk sila sambilmengolah tangan dan nyembah

Sembahan Kering Tilu Sikap duduk, kedua lutut membuka serong, satu kaki duduk pada salah satu kaki melonjor ke depan agak ditekuk

Sekar tiba Satu langkah maju dan mundur disertai mengolah tangan

Tumpang tali (seperti meletakan kedua pergelangan ) dan lontang (kedua tangan lurus serong ke depan)

Sontengan Melengkah lebar dan cepat ke arah serong kanan dan kiri dengan mengangkat kaki sebatas lutut disertai mengolah sebelah tangan

Tindak Tilu Melangkah maju, mundur, ke samping kanan-kiri dalam hitungan tiga disertai maju, mundur, ke samping kanan-kiri dalam hitungan tiga disertai mengolah tangan lontang dan baplang

TARI GAWIL NAEK KERING DUA
Adeg-adeg lalamba Sikap kaki diregangkan merendah, telapak serong disertai olah tangan baplang (tangan kanan lurus serong capang(seperti mengusap lengan bagian atas)

Baksarai mamandapan Langkah maju-mundur disertai mengolah tangan lontang (kedua tangan lurus serong ke depan)

Engker gigir Melangkah silang ke belakang ke arah kanan kemudian melangkah silang ke depan kembali ke arah kiri, tangan kiri pegang kain, tangan kanan pegang soder (selendang) di bahu. Pada lalamba tempo sedang, pada kering dua

Gawil
Bagian tarian dalam tempo sedang agak cepat

Gedut lalamba Melangkah kecil kanan-kiri bergantian sambil menghentakan badan, tangan kanan lurus serong ke depan tangan kiri mengepal tolak pinggang. Untuk lalamba hentakan sedang, untuk Kering dua hentakan kuat

Gedut Kering dua Langkah kecil maju disertai mengolah tangan hentakan badan, tangan tepuk bahu bergantian

Jangkung ilo Lalamba Langkah besar disertai mengolah tangan tumpang tali (memutar kedua pergelangan yang seperti saling melekat), pocapa (tangan kanan lurus ke depan, tangan kiri ngepal tolak pinggang)

Jangkung ilo Kering dua Langkah besar dengan sebelah kaki diangkat sebatas lutut disertai mengolah sebelah tangan dilakukan bergantian.

Keupat: Berjalan dengan langkah agak lebar disertai mengolah tangan baplang (satu tangan lurus serong ke depan satu tangan serong ke depan satu tangan merentang ke samping) dengan tempo/irama lambat dilakukan bergantian, dilanjutkan langkahan kecil dengan tangan melenggang dalam tempo/irama cepat

Kering dua
Bagian tarian dalam tempo irama sedang

Mincid Sikap kaki rapat, terletak serong disertai langkah ditempatkecil-kecil jingkat bergantian, olah tangan baplang kanan–kiri (satu tangan lurus serong tangan lainnya merentang ke samping)

Mincid galang/cikalong Melangkah lebar ke kanan kiri seperti membuat setengah lingkaran disertai mengolah tangan capang (seperti mengusap lengan bagian atas) dan nyawang (seperti melihat jauh dengan posisi tangan di depan dahi) bergantian

Pakbang Melangkah maju dan mundur tiga kali disertai mengolah tangan pocapa (satu tangan lurus ke depan, tangan tangan lainnya mengepal di samping pinggang) dan menekukan ke atas satu tangan ngepal dilakukan bergantian

Santana
Mengolah kaki, langkah maju disertai mengolah tangan lontang, nyawang

Sembahan Sikap duduk, kedua lutut membuka serong, satu kaki duduk pada salah satu tumit satu kaki melonjor ke depan agak ditekuk disertai tangan nyembah

Tindak Tilu Melangkah ke samping kanan-kiri dengan hitungan tiga disertai olah tangan baplang

TARI KAWITAN NAEK KERING DUA DAN KERING TILU
Adeg-adeg lalamba Sikap kaki direnggangkan merendah, telapak serong disertai olah tangan baplang (satu tangan lurus serong ke depan, ke samping lainnya merentang ke samping) dan tangan kanan/kiri pegang selendang di bahukanan kiri bergantian

Adeg-adeg Kering dua Sikap kaki diregangkan merendah, telapak serong, disertai olah tangan capang(seperti mengusap lengan bagian atas bergantian

Adeg-adeg Kering tilu Sikap kaki direntangkan merendah, telapak serong, disertai kebut selendang kemudian disimpan dipundak kanan-kiri bergantian

Baksarai Mamandapan Langkahan maju-mundur disertai olah tangan lontang(kedua tangan lurus serong ke depan

Engkeg gigir Melangkah silang ke belakang ke samping kanan kemudian melangkah silang ke depan pegang soder di bahu. Pada lalamba tempo lambat, pada Kering dua tempo sedang

Gedut Melangkah kecil kanan-kiri bergantian sambil menghentakan badan, tangan kanan lurus serong ke depan tangan kiri mengepal tolak pinggang.

Untuk lalamba hentakan lembut, dan untuk Kering dua hentakan kuat

Jangkung ilo Kering dua Langkahan besar dengan sebelah kaki diangkat sebatas lutut disertai mengolah sebelah tangan, dilakukan bergantian

Jangkung ilo lalamba Langkahan besar, maju ngolah tangan lontang dan tumpang tali (memutar kedua pergelangan tangan seperti melekatkan di depan perut), pocapa (satu tangan lurus ke depan, satu tangan ngepal tolak pinggang) dilakukan bergantian

Keupat Berjalan dengan langkah agak lebar disertai mengolah tangan baplang (satu tangan lurus serong ke depan satu tangan merentang ke samping) dengan tempi/irama lambat dilakukan bergantian, dilanjutkan langkah kecil cepat, tangan melenggang

Kering dua
Bagian tarian dalam tempo/irama sedang

Kering tilu
Bagian tarian dalam tempo/irama cepat

Lalamba
Bagian tarian dalam tempo/irama lambat

Mincid Sikap kaki, telapak serong disertai langkah di tempat kecil-kecil jingkat bergantian, tangan baplang (tangan kanan lurus serong ke depan, tangan kiri merentang ke samping)

Pakblang galang/cikalong Melangkah lebar ke arah kanan dan kiri seperti membuat setengah lingkaran disertai mengolah tangan capang (seperti mengusap lengan bagian atas) bergantian

Pakblang Kering dua Melangkah maju dan mundur tiga kali disertai mengolah tangan pocapa (satu tangan lurus ke depan, tangan lainnya mengepal di samping pinggang) dilakukan bergantian

Pakblang Kering tilu Melangkah cepat berjingkat tiga kali ke depan dan kebelakang disertai mengolah tangan pocapa dan nyawang (seperti melihat jauh dengan posisi tangan membuka di depan dahi)

Santana Mengolah kaki, langkah cepat ke arah serong kanan-kiri disertai mengolah tangan lontang diakhiri nyawang)

Sembahan Sikap duduk, kedua lutut membuat posisi serong, duduk pada salah satu tumit satu kaki, dan kaki yang satunya lagi melonjor ke depan agak ditekuk dengan sikap tangan nyembah

Sekar tiba Satu langkah maju dan mundur disertai mengolah tangan tumpang tali (seperti meletakan kedua pergelangan ) dan lontang (kedua tangan lurus serong ke depan)

Sontengan Melangkah lebar dan cepat ke arah serong kanan-kiri dengan mengangkat salah satu kaki sebatas lutut yang disertai mengolah stangan

Tindak tilu Melangkah ke samping kanan-kiri dalam hitungan tiga disertai mengolah tangan baplang


TARI BADAYA
Adeg-adeg Posisi kaki rapat disertai gerak olahan tangan dengan menggunakan selendang diakhiri dengan sikap baplang (salah satu tangan lurus ke depan dan tangan yang satunya lagi direntangkan ke samping)

Barongsayan Gerakan kaki jinjit berulang-ulang ke arah samping kiri dan kanan disertai dengan gerak olah soder (selendang)

Calik deku-sembahan Dengan posisi duduk a simetris disertai mengolah tangan yang diakhiri dengan sembahan (mengangkat kedua telapak tangan saling merapat di depan wajah sebagai pernyataan memuja atau menghormat) Pada lalamba tempo lambat, pada Gurudugan tempo cepat

Gedut ombak banyu Berjalan mundur, setiap langkahan ada tekanan disertai gerakan bahu dan diakhiri sikap jampanaan (salah satu tangan lurus ke depan dan tangan yang satunya lagi berada di bawahnya dengan menekuk)

Gurudugan
Pola irama cepat

Hayam ngupuk
Gerakan tangan di samping seperti menyambar ombak

Jangkung ilo batarubuh Berjalan dengan gerak kaki menyilang disertai gerak kedua tangan yang berulang-ulang merentang dan menyilang

Keupat dua Berjalan dengan langkah pendek dalam irama lambat disertai dengan gerak tangan yang diakhiri dengan sikap tangan baplang (salah satu tangan lurus ke depan dan salah satu tangan direntangkan ke samping)

Keupat hiji Berjalan dengan langkah lambat, disertai dengan gerakan-gerakan tangan yang diakhiri dengan posisi tangan menyilang di depan dada

Keupat tilu Berjalan dengan langkah pendek dalam tempo/irama cepat disertai gerak kedua tangan seperti melenggang

Lalamba
Pola irama lambat

Mincid galayar Berjalan dengan gerak kaki ditekuk atau ada tekanan disertai dengan sikap tangan sembada (salah satu tangan ditekuk di depan dadadan salah satu tangan direntangkan ke samping)

Renyuan Gerakan bahu dalam ritme yang cepat disertai dengan posisi tangan yang satu lurus ke depan dan satunya lagi seperti yang melihat sesuatu

Sawiletan
Pola irama sedang

TARI ANTAREJA
Adeg-adeg Kedua lutut terbuka dan ditekuk disertai gerak tangan capangan (mengolah tangan seperti gerak menyingsingkan lengan baju atau membetulkan hiasan lengan atas)

Bubuka
Awal menari
Calik Jengkeng sembahan Duduk bertumpu pada salah satu kaki dan kaki yang satu menjulur ke depan dan ditekuk disertai gerak tangan sembahan (mengangkat kedua telapak tangan salaing merapat di depan wajah sebagai pernyataan memuja atau menghormat)

Gedig
Berjalan dengan irama lambat disertai gerak tangan seperti melenggang

Gedut Melangkah pendek dengan tekanan yang berat disertai dengan sikap tangan bontos (kedua tangan seperti tolak pinggang, di pinggang kanan atau di pinggang kiri)

Jangkung ilo Melangkah menuju kuda-kuda ke samping kanan atau ke samping kiri disertai gerakan tangan merentang dan menyilang

Laras Konda Gerak tangan capangan disertai gerakan bahu dengan posisi tangan baplang (satu tangan lurus ke depan dan salah satu tangan lagi direntangkan ke samping)

Mincid cicing Posisi kaki kuda-kuda disertai gerakan bahu, posisi tangan baplang (satu tangan lurus ke depan dan salah satu tangan lagi direntangkan)

Mincid Gigir Berjalan tersendat dengan kedua kaki ditekuk mengarah ke samping kiri atau kanan disertai posisi tangan capang

Pakblang
Gerak melangkah tiga kali ke depan dan tiga kali ke belakang

Penutup
Bagian akhir

Sirig Berjalan kecil-kecil dengan kaki jinjit serta lutut ditekuk dan membuka disertai sikap tangan sembada (salah satu tangan ditekuk di depan dada dan tangan yang lurus ke atas)

TARI SRIKANDI X MUSTAKAWENI
Adeg-adeg Gerakan bahu dalam posisi tangan sembada (salah satu posisi tangan ditekuk di depan dada dan salah satu tangan direntangkan ke samping) disertai dengan gerak kaki mulai dari kaki rapat dan berjalan seperti terpincang-pincang

Calik deku hiji-sembahan Duduk dengan posisi kaki a simetri disertai mengolah tangan yang diakhiri dengan sembahan (mengangkat kedua telapak tangan saling merapat di depan wajah sebagai pernyataan memuja atau menghormat)

Jangkung ilo
Dengan menggunakan patokan jangkung ilo yang digunakan saling memukul
Keupat dua Berjalan dengan irama sedang disertai gerak tangan merentang dan menepuk bahu

Keupat tilu Berjalan langkah pendek dengan irama cepat disertai tangan kanan melenggang dan tangan kiri memegang busur

Mentang panah
Memanah dengan menggunakan anak panah

Mentang soder
Memanah dengan menggunakan selendang

Mincid ecek Berjalan mundur dengan tekanan yang halus berulang-ulang disertai dengan gerakan tangan sembada

Neunggeul Nakis
Memukul dan menangkis

Neunggeul Gondewa
Memukul dan mendorongkan dengan menggunakan busur

Neunggeul giwar soder
Memukul dan menghindar dengan menggunakanselendang

TARI GATOTKACA
Adeg-adeg Sekar Ageung Kedua lutut terbuka dan ditekuk disertai gerak tangan capangan (mengolah tangan seperti gerak menyingsingkan lengan baju atau membetulkan lengan atas, hiasan kepala dan sabuk)

Adeg-adeg sawilet Langkah kaki dengan salah satu kaki diangkat dalam irama sedang disertai gerak tangan capangan

Adeg-adeg sawilet gancang Langkahan kaki dengan salah satu kaki diangkat dengan irama cepat disertai gerak tangan capangan (mengolah tangan seperti gerak menyingsingkan lengan baju atau membetulkan hiasan lengan atas)

Barangbang murag
Gerakan kaki dan tangan seperti tangkai/daun kelapa kering yang jatuh
Calik Jengkeng Duduk bertumpu pada salah satu kaki dan salah satu kaki yang lain menjulur ke depan dan ditekuk disertai gerak tangan sembahan (mengangkat kedua telapak tangan saling merapat di depan wajah sebagai pernyataan memuja atau menghormat)

Gedig Berjalan dengan irama lambat atau cepat disertai gerak tangan seperti melenggang

Gedut Melangkah pendek dengan tekanan yang berat disertai sikap tangan bontos (kedua tangan seperti tolak penggang di kanan atau di kiri)

Jangkung ilo Melangkah menuju kaki kuda-kuda (kedua lutut dibuka dan ditekuk) ke samping kanan dan ke samping kiri disertai gerak bahu dengan posisi tangan sembada (salah satu tangan direntangkan ke samping dan salah satu tangan ditekuk di depan dada)

Laras Konda galang
Berjalan menyamping arah melingkar disertai gerakan tangan capangan

Mincid ecek Berjalan dengan langkah kecil-kecil dalam irama cepat disertai sikap tangan sembada

Mincid cikalong Gerakan yang diambil dari pencak silat mengolah tangan menangkis dan menghindar

Mincid gigir Berjalan tersendat dengan kedua kaki ditekuk mengarah ke samping disertai dengan posisi tangan suliwa (salah satu tangan diluruskan ke depan, salah satu tangan lagi seperti tolak pinggang yang terbuka)

Naekeun Diawali dengan langkah kaki kanan dan kiri diakhiri dengan sungkuran (tangan kiri diluruskan ke depan, tangan kanan menyiku di atas bahu). Patokan gerak ini sebagai tanda peralihan ke pola irama sedang (naekeun kahiji menaikan kesatu) atau irama cepat (naekeun kedua/kenaikan kedua)

TARI KANGSRENG
Bubuka
Bagian awal tarian

Bukaan
Rangkaian ragam gerak yang terdiri dari jurus-jurus

Mincid Ragam gerak langkahan (berjalan) yang terdiri dari muncid badag, lemes dan sedeng

Mincid badag

Mincid dengan Gerak irama cepat dan volume/ruang gerak besar

Mincid lemes
Gerak mincid dengan irama sedang yang volume geraknya halus

Mincid sedeng
Gerakan tengahan


TARI SULANJANA

Ade-adeg
Kaki merendah salah satu kaki kokoh dan kaki yang lainnya tidak bertenaga

Bubuka
Bagian awal tarian

Bukaan
Gerakan tanda awal dimulainya dari serangkaian gerak tari selanjutnya

Ewag
Gerakan tubuh yang merupakan rangkaian jurus-jurus

Mincid Girimis
Gerak langkah kecil-kecil, tangan tepuk bahu

Nibakeun/Madakeun
Rangkaian ragam gerak ketika akan mengakhiri lagu (bunyi gong)

Nyered/Nyorong Gerakan yang agak cepat (menyeret) karena irama lagu memberikan aba-aba mengawali atau mengakhiri sebuah lagu

Panutup
Bagian akhir dari tarian

Tengahan
Bagian tengah tarian

TARI CIKEURUHAN
Bajing luncat
Gerakan kaki melompat seperti tupai

Depok
Bagian awal tarian

Kuda-kuda
Sikap salah satu kaki kokoh dan satu lagi tanpa tenaga

Lengkahan Pola gerak langkah kaki pada waktu berhadapan dengan penari wanita yang terdiri dari: lengkah dua, lengkah tilu, dan lengkah opat

Lengkah dua
Pola langkah kaki dengan hitungan dua

Lengkah tilu
Pola langkah kaki dengan hitungan tiga

Lengkah opat
Pola langkah kaki dengan hitungan empat

Mincid
Gerak kaki yang tekanannya seperti digenjot bertumpu pada tumit

Mincid torondol
Minci dengan badan merendah menyerupai burung torondol

Ngalaga
Unjuk keberanian di atas pentas

Ngagoongkeun
Gerakan tubuh ketika akan jatuh bunyi gong

Nyorong
Gerak tari yang membawa iringan menjadi agak cepat

TARI POLOSTOMO
Bubuka
Gerakan kaki melompat seperti tupai

Depok
Bagian awal tarian

Jalak pengkor
Langkahan patah-patah seperti burung jalak yang pincang

Kuda-kuda
Sikap kaki yang satu bertumpu kokoh yang lain tidak bertenaga

Lengkah dua
Pola langkah kaki dengan hitungan dua

Mincid oray-orayan
Gerak langkah besar-kecil dan besar yang direndahkan membuat pola lantai

Ngalaga
Unjuk keberanian di atas pentas

Nyorong
Gerak tari yang membawa iringan menjadi agak cepat

Panutup
Bagian akhir tarian

Tengahan
Bagian tengah tarian

TARI GAPLEK
Adeg-adeg
Kaki merendah, salah satu kaki kokoh, kaki lainnya tanpa tenaga

Bubuka
Bagian awal tarian

Bukaan
Rangkaian ragam gerak pada awal tarian

Madakeun
Rangkaian gerak pada akhir lagu atau akan jatuh bunyi gong
Mincid Ecek, Girimis Motif gerak langkahan dengan irama tetap terdiri dari Mincid ecek (mincid dengan mengayunkan satu tangan), Mincid

Girimis (mincid mengayunkan dua tangan)
Mincid Kanyay Mincid yang gerak tangannya menutup dan membuka seperti anjng berenang dengan langkahan kecil seperti digusur

Nyorong/Nyered
Gerak pada bagian akhir tarian

Panutup
Bagian akhir tarian

Tengahan
Bagian tengah tarian

TARI DEWI
Adeg-adeg sembada soder Posisi badan doyong ke depan, kedua lutut ditekuk merendah dengan gerak tangan mengolah soder (selendang), sikap tangan kanan ditekuk di depan dada sambil tumpang soder dan tangan kiri merentang jiwir (memegang) soder

Adeg-adeg sekar sembada Posisi badan tegak dengan tangan ditekuk di depan berada di bawah telinga, telapak tangannya menghadap ke ataas, tangan kiri ditekuk di depan dengan jari telunjuk dan ibu jari bersentuhan di bawah sikut tangan kanan

Bubuka
Pembukaan awal menari

Calik ningkat sembah Sikap duduk yang bertumpu pada salah satu kaki, gerakan tangan memuja dengan mengangkat kedua telapak tangan merapat di depan hidung/muka sebagai pernyataan hormat

Calik Rakit Sembah Sikap duduk, dengan kedua betis bertumpangan menyilang, gerak tangan memuja dengan mengangkat kedua telapak tangan merapat di depan hidung/muka sebagai pernyataan hormat

Engke Gigir Ridong Soder Berjalan ke samping, gerak kaki menyilang ke belakang, tangan kiri memegang soder dan yang kanan menyimpan soder (selendang) di pundak

Keupat Sembada, Sorog, Cantel, Lalambe, Pugeran Gerak berjalan dengan sikap sembada (tangan kanan ditekuk ke depan dada tangan kiri merentang ke samping), kedua telunjuk saling mengait, merias diri

Mincid Widuri Berjalan dengan gerak tangan buka tutup soder diakhiri dengan sikap tangan sembada

Panutup
Bagian akhir tarian

Tengahan
Isi tarian, merupakan gerak pokok pada tarian

Tindak Tilu
Gerakan melangkah tiga kali yang berulang-ulang


TARI SULINTANG
Bubuka
Bagian awal tarian

Calik jengkeng/Calik Ningkat jengkeng sembah Sikap duduk yang bertumpu pada salah satu kaki , gerakan tangan memuja dengan mengangkat kedua telapak tangan merapat di depan hidung/muka sebagai pernyataan hormat

Jangkung Ilo Balingkara Sulingkara Gerakan kaki berpindah-pindah ke depan ke samping dan berputar dengan gerak tangan mengayun ke depan dan ke samping

Keupat Longkewang Gerak berjalan dengan posisi tangan sembada (sikap tangan kanan ditekuk di depan dada dan tangan kiri merentang ke samping)

Keupat Soder Gerak berjalan dengan sikap tangan kiri merentang ke samping, tangan kanan ukel (gerakan memutarkan pergelangan tangan)

Panutup
Bagian akhir tarian

Seblak Soder
Mengolah selendang

Sumpelan
Gerakan seperti membetulkan hiasan telinga

Tengahan
Bagian tengah tarian

Trisi
Gerak berjalan kecil-kecil dan cepat dengan sikap kaki jinjit

TARI KANDAGAN
Bubuka
Bagian awal tarian

Calik sembahan
Sikap duduk yang bertumpu pada salah satu kaki

Engke Gigir
Gerakan berjalan ke samping dengan silang ke belakang

Gedig
Gerak berjalan dengan distilisasi

Jangkung Ilo Batarubuh
Gerakan tangan tepak (menepuk) bahu

Jangkung ilo irah-irahan
Gerakan seperti membetulkan hiasan kepala

Jangkung Ilo Obah Taktak
Gerakan olah tangan dengan diakhiri gerakan putaran bahu

Jangkung Ilo Waliwis Mandi
Gerakan seperti burung belibis sedang mandi

Mincid Peucang Kaanginan Gerak berjalan agak cepat dengan gerakan tangan diayun ke depan posisi tangan kiri ditekuk ke belakang telapak menghadap ke atas, tangan kanan ditekuk jari-jari di bawah sikut tangan kiri

Mincid Radea Gerak berjalan agak cepatsikap tangan sembada (tangan kanan ditekuk di depan dada, tangan kiri merentang ke samping)

Pakbang Gandet Berjalan ke samping silang ke belakang, gerakan tangan seperti menepuk bahu bergantian kanan dan kiri

Panutup
Bagian akhir tarian

Tengahan
Bagian tengah tarian

TARI TOPENG KONCARAN
Adeg-adeg Capang Mengolah tangan seperti menyingsingkan lengan baju atau membetulkan hiasan lengan atas dengan sikap kaki terbuka (kuda-kuda)

Baplang Tumpang Tali
Gerakan tangan merentang dan menyilang di depan dada

Bokor Sinongo Olah tangan yang diakhiri dengan salah satu tangan lurus ke depan, tangan yang satunya ditekuk dengan jari tangan menyentuh sikut tangan yang lurus

Calik deku Sembahan Sikap duduk yang bertumpu pada kedua kaki dan kedua lutut menyentuh lantai

Calik deku Buka Kedok
Sikap duduk sambil membuka topeng

Engke Gigir Melangkah ke samping dengan arah gerak melingkar searah jarum jam dengan gerakan tangan mengolah soder (selendang)

Galayar
Gerak berjalan disertai tangan mengolah soder

Gambuhan
Gerak tangan seperti membetulkan hiasan kepala

Galayar nyandak kedok
Gerakan berjalan dengan tangan mengolah soder kemudian mengambil topeng

Galayar nyimpen kedok
Gerakan berjalan dengan tangan mengolah soder kemudian mengambil topeng

Gedut mincid
Langkah kaki dengan memakai tekanan dengan sikap tangan sembada

Gedut ungkleuk
Berjalan dengan tekanan disertai gerak kepala seperti mengangguk

Jangkung ilo batarubuh
Gerakan tangan tepak (menepuk) bahu

Jangkung ilo ngolah Soder
Gerakan ngolah tangan dengan memakai soder (selendang)

Kekemperan
Gerakan tangan mengayun sedikit ke bawah

Lalamba
Pola irama lambat

Mincid Rineka Berjalan dengan langkah kecil-kecil dengan irama cepat, sikap tangan sembada (sikap tangan kanan ditekuk di depan dada tangan kiri merentang lurus ke samping)

Mincid Sembada
Gerak berjalan kecil-kecil dengan irama cepat, sikap tangan semabada

Mincid Rinengga
Gerak berjalan kecil-kecil dengan irama cepat disertai sikap tangan sembada

Ngahias
Menghias

Obah Taktak
Gerakan mengolah bahu dengan hentakan

Pakbang Bahu Gerak berjalan tiga langkah, diakhiri gerakan bahu naik turun memakai tekanan

Pakbang Barongsay Gerakan mengolah tangan dengan mempergunakan soder (selendang) dengan gerakan kaki seperti berjingkrak-jingkrak

Pasang Kedok
Memakai topeng

Pakbang Lontang Kerep Berjalan maju-mundur dengan tiga kali melangkah posisi menyilang, dan gerak tangan mengayun

Panutup
Bagian akhir tarian

Santana
Berjalan ke samping turun naik dengan tangan sembada

Sonteng
Gerakan kaki dengan bertumpu pada salah satu kaki yang satunya ditekuk

Tengahan
Bagian tengah tarian

Tindak Tilu Sembada
Melangkah tiga kali dengan sikap tangan sembada

TARI TOPENG
TUMENGGUNG PRIANGAN

Adeg-adeg Lalamba Berdiri dengan kedua kaki kuda-kuda (kedua kaki terbuka dan sedikit merendah) bersamaan mengolah tangan kanan dan kiri

Adeg-adeg Kering Dua Berdiri merenggangkan kaki, sambil melakukan gerakan melempar rawis (untaian pada sisi kanan-kiri hiasan kepala)

Adeg-adeg Ngolah Kedok Berdiri merenggangkan kaki sambil melakukan gerakan kepala menengok ke kiri dan ke kanan dilanjutkan dengan bergeser maju dengan kepala seperti mengangguk-angguk

Calik Jengkeng Sembahan
Duduk bertumpu pada tumit kaki kiri sambil melakukan gerakan nyembah

Calik Pasang Kedok Duduk bertumpu pada tumit kaki kiri sambil melakukan gerakan memakai topeng

Cikalongan Melakukan gerakan dalam irama pukulan suara gendang seperti pencasilat, sambil melakukan gerakan maju mengayun tangan

Ecek Gerak langkah cepat sambil melakukan gerakan seperti mengipas-ngipas selendang

Jangkung Ilo Baksarai Gerakan berjalan dengan posisi badan menghadap ke arah samping kiri dan kanan bergantian, disertai gerakan membolak-balik telapak tangan

Jangkung Ilo Baksarai Kedok Gerakan melangkah sambil menghadap ke arah samping kiri dan kanan serta memgang kedok

Keupat taraju Gerakan berjalan sambil memutar salah satu pergelangan disertai gerakan bahu

Mincid Angka Delapan Gerakan melangkah membuat lengkungan ke arah kiri dilanjutkan dengan berjalan cepat sesuai irama lagu sedang, lalu berjalan

Mincid Sayem
Gerak melangkah membuat lengkungan ke arah kiri dalam irama cepat

Pakbang Pada Lalamba Gerakan melangkah maju mundur dengan variasi menyilangkan kaki sambil melakukan gerakan tangan

Pakbang kering dua Gerakan melangkah maju mundur dalam irama sedang meningkat ke irama cepat sambil melakukan gerakan tangan

Pakbang Kenyut Gerakan melangkah ke samping kiri dan kanan bergantian dalam irama cepat dikombinasi dengan gerakan maju sambil melakukan gerakan tangan

Sonteng Kering Dua Gerakan mengangkat salah satu kaki sebatas betis, dilanjutkan melangkah ke arah kiri maupun kanan smbil melakukan gerakan tangan ke atas bawah

Sonteng Kering Tilu Gerakan mengangkat kaki sebatas betis disertai gerakan melangkahkan kaki ke arah serong kiri dan kanan bergantian sambil melakukan gerakan tangan memegang selendang

TARI ORAY WELANG
Jenis Putri

Acreug
Langkah kaki berjingkrak dan berputar

Adeg-adeg Kaki direnggangkan dan merendah yang satu kokoh yang satu lepas (tidak bertenaga)

Bubuka
Bagian awal tarian

Bukaan
Rangkaian gerak terdiri dari jurus-jurus

Jedag
Gerak bahu dihentakkan ke belakang

Jalak Pengkor
Gerak kaki terpatah-patah (seperti burung terpincang-pincang)

Mincid Ecek
Mincid dengan ayunan satu tangan

Mincid Girimis
Mincid dengan ayunan dua tangan

Mincid Limbung Opat
Mincid dengan tangan menutup dan membuka

Mincid Pasang
Mincid dengan tangan seperti menahan ke samping

Panutup
Bagian akhir tarian

TARI ORAY WELANG
Jenis Putra

Acreug
Langkah kaki meloncat dan berputar
Bubuka
Bagian awal tarian
Bukaan
Rangkaian gerak terdiri dari jurus-jurus
Galeong
Gerak kepala memutar setengah lingkaran
Gibas
Gerak tangan membuka dan menyilang
Jalak Pengkor
Gerak kaki terpatah-patah (seperti burung terpincang-pincang)
Jedag
Gerak bahu dihentakkan ke belakang
Mincid godrol Mincid (langkahkan kaki) dengan kaki ditejeh (tendang) ke depan, dengan tangan sabet kanan dan sabet kiri
Mincid limbung
Mincid dengan tangan menutup dan membuka
Mincid meulit kacang I Mincid dengan langkah kaki double (dua kali), tangan nyabet kanan dan nyabet kiri (irama lambat)

Mincid Meulit Kacang II
Sama dengan mincid I tapi langkah tidak double (irama cepat)

Mincid Meulit Godrol Mincid dengan kaki ditejeh (ditendang) ke depan, tangan sabet kanan dan sabet kiri
Mincid Pasang
Mincid dengan tangan seperti menahan ke samping
Panutup
Bagian akhir tarian


TARI KESER BOJONG

Acreug
Langkah kaki berjingkrak dan berputar

Adeg-adeg angin-angin Adeg-adeg (Kaki direnggangkan dengan kedua lutut ditekuk) dengan sebelah tangan melambai dan kepala bergoyang

Bubuka
Bagian awal tarian

Bukaan
Rangkaian gerak terdiri dari jurus-jurus

Geser
Gerak kaki bergeser ke samping

Jedag
Gerak bahu dihentakkan ke depan dan ke belakang

Jalak Pengkor
Langkah kaki seperti terpincang-pincang

Kepret Jedag
Tangan seperti dikipratkan, bahu dihentakkan ke belakang

Kuntul Longok
Gerakan menengok ke kiri dan ke kanan seperti burung Kuntul menengok

Mincid Boboyongan
Mincid (gerak langkahan) dengan tangan di atas kepala

Mincid Ecek Dua Mincid kaki jengket dan merendah, irama cepat, posisi badan ke depan dan pantat dikebelakangkan

Mincid Girimis
Mincid dengan ayunan dua tangan

Mincid Salancar
Mincid dengan irama sedang dengan kedua tangan lurus serong kanan kiri

Mincid Tindak Tilu
Mincid dengan hitungan 3 langkah

Pabalatak
Rangkaian gerak mengolah tangan

Panutup
Bagian akhir tarian

Selut Gibas
Tangan menangkis dan membuka

Sembah
Hormat dengan merapatkan kedua tangan di depan dada sebagai akhir tarian

Tengahan
Bagian tengah tarian

Yuyu Kangkang Gerak terdiri dari lontang (kedua tangan lurus ke depan serong), tepuk bahu, lagena (tangan membuka)

TARI TOKA-TOKA
Acreug
Langkah kaki berjingkrak dan berputar
Anjing Kiih
Satu kaki diangkat, langkah ke depan dengan satu kaki
Bubuka
Bagian awal tarian
Bukaan
Rangkaian gerak terdiri dari jurus-jurus
Depok
Duduk sambil kedua menyilangkan
Depok Jerit
Depok dengan pantat menyentuh lantai, berputar lingkaran penuh
Depok Kincir Satu kaki sebagai poros, yang satu memutar seperti putaran gasing, langkah kaki berjingkrak sambil berputar penuh
Emprak Penuh
Duduk dengan kedua kaki direntangkan ke samping
Emprak Satengah
Gerak duduk, satu kaki lurus, satu kaki lagi melipat
Galeong
Gerak kepala berputar setengah lingkaran
Gibas
Tangan dibuka menyilang
Jalan Jalan memutar dengan tangan kiri pasang ke depan, tangan kanan mengepal di pinggang
Jalak Pengkor
Kaki berjalan seperti terpatah-patah
Jedag
Gerak bahu dihentakkan ke depan dan ke belakang
Mincid Bebas
Langkahan bebas (saling mengejar)
Mincid Bongbang Kaki diayun dari samping ke depan dan ditekannnn seperti menginjak ban karet
Mincid Ecek
Mincid dengan ayunan satu tangan
Mincid Girimis
Mincid dengan ayunan dua tangan
Mincid Langir Mincid dengan kaki menendang ke belakang, tanpa menutup dan membuka di dada
Mincid Manuk
Mincid dengan tangan ke belakang seperti sayap burung
Mincid Obah Bahu Mincid sambil bahu digetarkan, tangan merentang ke samping badan turun naik
Mincid Olah Sayang
Mincid dengan kedua tangan seperti memegang sayang (hiasan kepala)
Mincid Tindak Tilu
Mincid dengan tiga hitungan
Ngayun
Tangan merentang ke samping diayun ke atas dan ke bawah
Panutup
Bagian akhir tarian
Tengahan
Bagian tengah tarian

TARI RAWAYAN
Adeg-adeg Kaki merendah yang satu kokoh yang satu lepas (tidak bertenaga) tangan menyilang di pundak

Bubuka
Bagian awal tarian
Mincid Bergerak ke samping turun naik, tangan satu merentang ke samping tangan satu ditekuk di samping
Mincid Ecek Mincid lambat dengan tangan bergerak ukel (memutarkan pergelangan tangan) di samping
Mincid ecek jalan
Langkah kaki lambat tangan keupat (melenggang) di samping
Mincid tindak tilu
Mincid dengan hitungan langkah
Panutup
Bagian akhir tarian
Pencugan Irama bebas (gerak tidak terikat irama) terdiri dari gerakan eluk paku (gerakan tangan seperti paku menancap), depok (duduk dengan kedua kaki silang), suliwa (mengolah tangan), besot (tangan tangkis bergantian), gentus (tangan nyikut ke depan, sirig (kaki membuka, merendah, jingkat bergerak ke samping), depok, suliwa, eluk paku

Sembah
Menghormat dengan merapatkan kedua tangan di depan dada sambil duduk
Tengahan
Bagian tengah dari tarian

TARI TOPENG RUMIYANG
Adeg-adeg
Kedua kaki direnggangkan dengan kedua lutut dibuka
Buka Kedok
Membuka kedok
Deder
Bagian irama cepat tarian
Dodoan
Bagian irama lambat
Godeg
Menggelengkan kepala sambil berjalan
Incek
Gerakan berjalan yang dilakukan dengan arah melingkar dan mengolah tangan
Kenyut Jamang
Berjalan sambil memegang hiasan kepala
Klepat tempel sikut
Langkah kecil yang bertekanan
Lembean
Berjalan dengan tangan seperti melenggang
Ngolah Sumping
Menggelengkan kepala sambil memegang rawis (untaian pada hiasan kepala)
Pakbang
Melangkah tiga kali ke samping kanan dan ke samping kiri
Pasang Ngola Boyok
Gerakan mengolah pinggang ke samping kanan dan kiri
Tindak Tilu
Melangkah maju dan mundur yang berulangan
Unggah tengah
Bagian irama sedang

TARI TOPENG PAMINDO
Bango Ngepak Melangkah dengan gerakan tangan melenggang yang diakhiri dengan sikap memegang selendang

Buka Kedok
Membuka Topeng
Deder
Bagian irama cepat tarian
Dodoan
Bagian irama lambat
Cantel Miring
Mengolah tangan dari baplang ke cantel (kedua telunjuk saling mengait)
Deruk Neba
Duduk dengan kaki kiri ditekuk kaki kanan lurus ke depan
Enggok Bahu
Gerakan bahu naik
Godeg Dodoan
Menggelengkan kepala dengan sikap kaki merenggang dan kedua lutu ditekuk
Godeg Deder
Menggelengkan kepala sambil berjalan
Incek Jalan
Berjalan kecil-kecil dan membentuk angka delapan
Kleang Murag
Menepuk bahu diakhiri dengan gerakan seperti daun yang jatuh
Lembean
Berjalan dengan gerak tangan seperti melenggang
Ngolah Sikut Menggerakan sikut kecil-kecil dengan sikap tangan lurus ke samping yang dilakukan secara bergantian
Nindak
Berjalan
Pasang
Sikap kaki merenggang dengan kedua lutut ditekuk
Pake Kedok
Memakai topeng
Pasang Ngolah tangan
Mengayun kedua tangan dengan kaki merenggang dan ditekuk
Unggah tengah
Bagian irama sedang

TOPENG TUMENGGUNG
Ayun Miring
Berjalan ke arah samping kanan diakhiri dengan tekanan
Buang Ules
Membuang kain pembungkus topeng
Buka kedok
Membuka topeng
Deder
Bagian irama cepat
Dodoan
Bagian irama lambat
Incek dodoan
Kaki Kuda-kuda dan bergerak yang diakhiri dengan tekanan
Incek Unggah
Berjalan kecil-kecil ke samping kanan kiri dengan baplang
Incek deder
Berjalan kecil-kecil dan ada tekanan-tekanan, membentuk lingkaran
Jangkung Ilo Dodoan Mengolah gerak kaki, langkahan dengan salah satu kaki diangkat disertai mengolah tangan yang dilakukan secara bergantian dalam irama sedang
Klepat Dodoan Melangkah maju dengan tangan baplang yang dilakukan secara bergantian kanan-kiri dalam irama lambat
Klepat Deder Melangkah kecil-kecil ke depan dengan tangan kanan ditekuk sambil memegang selendang
Pakbang Melangkah tiga kali ke depan, tiga kali ke belakang dengan tangan bergerak buka tutup
Pakbang Ngayun Melangkah tiga kali ke depan, tiga kali ke belakang dengan tangan lurus ditekuk dilakukan berulang-ulang
Pangkal
Berjalan melingkar
Pasang
Kuda-kuda (kedua kaki merenggang dengan lutut ditekuk)
Sebrakan
Melangkah tiga kali ke depan dengan tangan mengayun ke kanan – kiri
Sonteng
Berjalan diakhiri hentakan
Tindak Tilu Melangkah tiga kali ke samping kanan dan kiri yang dilakukan secara berulang-ulang
Unggah Tengah
Bagian irama sedang

TOPENG KLANA
Buka Kedok
Membuka topeng
Deder
Bagian irama cepat
Depok
Duduk dengan menyilangkan kaki
Godeg
Menggelengkan kepala
Geong Sumping
Menggerakkan sumping/untaian bunga pada hiasan kepala
Jangkung Ilo Sonteng Mengolah gerak kaki dengan salah satu kaki diangkat yang disertai mengolah sebelah tangan dengan dilakukan secara bergantian
Kenyut
Berjalan dengan hiasan kepala
Keprak
Melangkah maju – mundur
Lontang
Tangan menyilang
Nindak
Berjalan dengan langkah besar
Ngayun
Melangkah tiga kali ke depan dengan kedua tangan diayunkan
Ngongrak
Seperti berjingkrak-jingkrak
Pakbang
Melangkah maju – mundur tiga kali
Pakbang Adu Bapa
Melangkah diakhiri dengan tekanan
Pasang Buang Sumping
Kaki kuda-kuda sambil membuang sumping
Pasang Kedok
Mamakai topeng

TARI TOPENG PANJI
Buka kedok
Membuka topeng
Buang Ules
Membuang kain pembungkus topeng
Deder
Bagian irama cepat
Dodoan
Bagian irama lambat
Duduk Bersemedi
Duduk seperti bersemedi
Enggok Bahu
Gerakan bahu naik-turun

Gleong Gerakan mengolah tangan dengan sikap tangan kiri menyamping dan kanan serong kanan

Lembean Anca
Gerakan tangan seperti melenggang
Ngolah Soder
Mengolah selendang
Ngolah Sumping
Gerakan mengolah sumping
Ngolah Tangan
Mengegrakkan sikut kecil-kecil dengan kedua jari tangan bertautan
Pasang
Kak merenggang dengan kedua lutut ditekuk
Pasang Kedok
Memakai topeng
Unggah Tengah
Bagian irama sedang
Tulisan ini Link dari www.sanggarfitria.blogspot.com